Sabtu, Oktober 06, 2018

PROGRAM IMMERSI 2018

Kegiatan Immersi merupakan program kegiatan Kongregasi untuk Asia Oceania supaya saling memperkaya budaya masing-masing negara di Asia Oceania. Pada tahun ini, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah program Immersi. Tema Immersi adalah "Unity in Diversity". Dengan tema ini, Provinsi Indonesia ingin mengenalkan berbagai budaya dan cara hidup Para Suster di Indonesia yang beraneka ragam. 
Kunjungan ke komunitas dan karya di Rembang diadakan pada 30 September 2018. Para Suster yang datang dari India, Korea, Papua New Guinea, Philipina disambut dengan tarian khas Kalimantan yang dipersembahkan oleh anak-anak Asrama St. Teresia Rembang. Setelah itu Para Suster diajak ke Kapel dan menikmati jamuan ringan berupa jajanan khas Indonesia. Setelah itu Para Suster mengunjungi kegiatan di Klinik, berkenalan dengan karyawan KPPBR. 
Berikut ada beberapa foto kunjungan kegiatan IMMERSI : 
Belajar membatik tulis di daerah Lasem

Foto bersama Para Suster Immersi

Penyambutan Para Suster dengan pengalungan batik tulis

Tarian Kalimantan untuk menyambut para Suster 

Kunjungan ke Klinik bersama Karyawan

Senin, Juni 25, 2018

KEANGGOTAAN YANG BERTANGGUNGJAWAB

Mutasi tugas para suster selalu terjadi di Provindo sesuai dengan masa bakti yang diembang ataupun kebutuhan pelayanan di unit lainnya. Komunitas Rembang juga mengalami perubahan anggota komunitas. 

Tiga (tiga) anggota baru yang bertugas di Komunitas St. Theresia Rembang : 

  1. Sr. Yoana Marie bertugas sebagai Pendamping Asrama dan Pastoral Katekese
  2. Sr. Edita Marie bertugas sebagai PIKO dan Pengurus Unit Karya Klinik Pratama Panti Bahagia 
  3. Sr. M. Laurensa, SND bertugas sebagai Penanggungjawab Klinik dan dokter praktek
  4. Sr. M. Yolenta, SND bertugas sebagai Perawat klinik dan Prompang 
Sr. Yoana Marie, SND
Sr. Edita Marie, SND
Sr. M. Laurensa, SND
Sr. M. Yolenta, SND

ESTAFET PIKO

Pada tanggal 2 Pebruari 2018, Sr. M. Monika, SND sebagai Provinsial SND Provindo menyerahkan tugas kepemimpinan baru kepada Sr. Edita Marie, SND sebagai PIKO Komunitas St. Theresia Rembang dari Sr. M. Yulita, SND. 

Acara sertijab dihadiri oleh Sr. Marsela, SND sebagai anggota Dewan. 

Proficiat untuk tugas perutusan baru bagi Sr. Edita Marie, SND dan selamat bertugas bagi Sr. M. Yulita, SND 

PANGGILAN SND

Panggilan adalah sebuah rahmat khusus dari Tuhan.
Jika tertarik dan ingin bergabung dengan SND bisa langsung datang ke komunitas kami yang terletak di Jl. Dr. Sutomo No. 21 Rembang. 

SILATURAHMI LEBARAN

Kemenangan selama 40 hari berpuasa dirasakan oleh seluruh umat Islam di dunia termasuk di kota Rembang. Bersukacita bersama umat Islam, segenap perwakilan dari gereja katolik Rembang termasuk para suster melakukan silaturahmi ke pemuka agama Islam di Rembang, di mulai di Sarang, kemudian ke desa Leteh, tempat Gus Mus tinggal. 
Semoga kegiatan silaturahmi ini semakin mempererat ikatan persaudaraan diantara masyarakat Islam dan non Islam di Rembang. 
di tempat Gus Mus 

Sabtu, Juni 23, 2018

Karya Komunitas adalah : 
  1. Kesehatan : Klinik Pratama Panti Bahagia Rembang yang bisa dilihat di http://www.klinikpratamapantibahagiarembang.blogspot.co.id
  2. Pastoral Katekese 
A. SELAYANG PANDANG PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS REMBANG 

Paroki St. Petrus dan Paulus awalnya adalah stasi dari gereja Cepu yang secara berskala stasi Rembang dikunjungi oleh Imam Misionaris dari Ordo Jesuit yang pada waktu itu berkedudukan di Surabaya. Setelah daerah misi di Surabaya diserahkan ke Orde Lazaristen, yaitu Romo-Romo CM. Kota Cepu memiliki umat katolik lebih banyak dibanding kota-kota lainnya. Kebanyakan mereka adalah orang Belanda karyawan Minyak BPM. Gereja Cepu ditingkatkan menjadi Paroki sehingga Romo secara berskala dapat berkunjung ke stasi-stasi di Blora, Rembang, Bojonegoro, dan sebagainya. Salah satu Romo yang bertugas di Cepu adalah Bapak Uskup Johanes Klooster, CM.

Masa Penantian
Semasa pendudukan Jepang para Misionaris yang berkebangsaan Belanda banyak yang ditawan oleh pemerintah Jepang, sehingga banyak kegitan misi yang terbengkalai. Demikian juga dengan stasi Rembang yang lama tidak mendapat kunjungan dari gembalanya. Setelah Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan ada beberapa Imam militer Belanda yang secara berskala mempersembahkan misa di stasi Rembang, antara lain Romo Radmaker, setelah revolusi fisik berakhir barulah umat katolik di Rembang dikunjungi kembali oleh pari Imam Projo dari kota Solo dan Kediri, antara lain Romo Danu Pr, Romo Adi Soedjono Pr, Romo Adi Soedarso Pr. 

Gereja Kecil Di Jalan Diponegoro
Perkembangan umat katolik di stasi Rembang cukup menggembirakan, dirasa perlu untuk membuat tembat ibadah sendiri, oleh karena itu beberapa orang katolik berinisiatif untuk membeli sebidang tanah di jalan P. Diponegoro. Dan berdirilah sebuah bangunan Gereja, walaupun kecil merupakan kebanggaan orang katolik Rembang pada waktu itu. Gereja ini diberi nama Stelamaria, berarti bintang laut. Gereja yang masih merupakan stasi ini setiap bulan mendapat kunjungan dari Romo-Romo Cepu, Bojonegoro dan sebagainya.

Perkembangan Selanjutnya:
Awalnya warga masyarakat Rembang bergotong royong untuk membabat hutan untuk membangun gereja baru pada tahun 1957, dan disamping itu karya-karya sosial mulai berkembang. Pada tahun 1975 datanglah Romo Fornasari Sebastiano CM ke Paroki Rembang, dan dalam karyanya selama 12 tahun (1975-1987) Beliau berhasil mendirikan:
Kapel St. Maria Medali Wasiat di Jatirejo (1978)
Kapel Ave Maria di Stasi Kajar
Kapel Hati Kudus Yesus di Stasi Karang Sekar
Kapel Santa Maria di Stasi Sale
Kapel Maria Ratu Rosari di Stasi Kragan

Visi, Misi Paroki St. Petrus dan Paulus Rembang
Visi: Paroki St. Petrus dan Paulus Rembang sebagai keluarga umat Allah yang beriman pada Kristus, saling mengasihi sehati sejiwa penuh pelayanan dan bertekun dalam ekaristi sebagai kepenuhan Allah yang menyelamatkan.
Misi:

  • Meningkatkan kehadiran dan keterlibatan umat secara aktif dalam perayaan ekaristi
  • Meningkatkan keberpihakan terhadap yang lemah, terpinggirkan serta peduli terhadap lingkungan hidup.
  • Meningkatkan kemandirian umat dalam hidup menggereja.
  • Membentuk generasi muda katolik yang berkarakter.
  • Meningkatkan minat dan pengetahuan umat akanKitap Suci.
B. SEJARAH BIARA SANTA THERESIA REMBANG 

Berawal pada tahun 1964 dengan lahirnya seorang putri Rembang, Sr. Maria Ignasia menjadi SND, maka muncul hasrat baru bagi Romo Severi, CM untuk mengembangkan iman umat melalui karya pastoral di Rembang dengan mengundang para suster SND untuk membuka biara di tempat ini.

Pada 9 April 1967, tawaran tersebut terealisasi dengan kedatangan para pioner suster SND, yaitu Sr. M. Wienand, Sr. M. Marga, Sr. M. Elana, dan Sr. M. Tadea yang diawali dengan pemberkatan biara baru dengan nama Biara Santa Theresia oleh Uskup Surabaya Mgr. Drs. J.A.M. Klooster. Rumah biara baru tersebut adalah rumah kosong yang telah dibeli oleh suster SND, yang sampai saat ini masih dihuni oleh para suster SND di  Jalan Dr. Sutomo 21, Rembang. Karya awal yang ditangani adalah karya Pastoral di Gereja Rembang. Seiring dengan perjalanan waktu, karya pelayanan terus berkembang melalui pelayanan poliklinik, rumah bersalin, kursus ketrampilan, penitipan anak, serta Taman Kanak Kanak. Dengan dukungan dan partisipasi dari pastor paroki serta umat setempat, maka terlaksanalah usaha para suster SND untuk mengembangkan sayap di Rembang.

Pada tahun 1970, para suster menerima tawaran untuk membeli sebidang tanah di Jalan Gambiran No. 5, Rembang dengan dua lokasi berdampingan. Sekolah Taman Kanak-Kanak dipindah ke Gambiran berdampingan dengan lokasi Novisiat. Sementara, poliklinik, rumah bersalin serta kursus keterampilan tetap di Jl. dr. Sutomo 21 Rembang. 

Pada tahun 1971, Novisiat Jalan Begawan No. 31 Pekalongan pindah ke Jalan Gambiran No. 5, Rembang. Karena cuaca yang sangat panas dan sulit mendapatkan air, banyak suster novis yang jatuh sakit. Akhirnya Novisiat kembali ke tempat asalnya di Pekalongan dan rumah tersebut digunakan kembali untuk Panti Asuhan Marganingsih.

Kebaikan Tuhan tetap menuntun kelangsungan karya para suster SND dengan misi utama membantu orang-orang miskin dan terpinggirkan. Maka Tuhan masih meminta kembali untuk mengembangkan misi ini dengan membuka rumah baru pada 12 Februari 1973 di Blora untuk karya pelayanan orang yang sakit kusta, TK, poliklinik, dan kunjungan orang sakit atau orang miskin. Dengan keterbatasan tenaga dan semakin meningkatnya tuntutan, maka karya di Blora ditutup pada tahun 1980. SND kemudian memperkuat karya di Santa Theresia Rembang yang masih berlangsung hingga saat ini menjadi Klinik Pratama Rawat Inap Panti Bahagia Rembang.   

C. SELAYANG PANDANG BIARA SANTA THERESIA REMBANG 

Pada tanggal 28 Maret 1967 Suster Maria Wienande didampingi oleh beberapa suster untuk membuka aviliasi baru, dan Suster Wienande mendapat tugas sebagai pemimpin komunitas. Kehadiran para suster diterima baik oleh umat dan pastor paroki, pada tanggal 09 April 1967 biara baru ini diberkati oleh Mgr. J Klooster CM dan diberi nama Santa Theresia.

Pada tanggal 15 April 1967 Yayasan Yohanes Gabriel Rembang menyerahkan kepada Yayasan Santa Maria Pekalongan pengelolaan :
a. Balai Pengobatan Panti Bahagia dengan segala peralatan dan obat-obatannya.
b. Taman  Kanak-Kanak.
c. Kursus Ketrampilan Santa Lusia.
Yayasan Santa Maria mengembangkan karyanya dengan mendirikan Klinik Bersalin Ibu Kartini yang sekarang berkembang menjadi Klinik Pratama Rawat Inap Panti Bahagia.

D. VISI 
Sebagai Suster-Suster Notre Dame kita hidup sederhana dan gembira mewartakan kebaikan Allah dan penyelenggaraan ilahi-Nya, disatukan dalam satu hati, satu harapan, satu perutusan, berkomitmen untuk transformasi global.

E. MISI 
  • Memberi kesempatan masing-masing Suster dalam semua jenjang terbuka untuk mengadakan pembarahuan hidup yang semakin mampu memberi kesaksian mistik dan profetis sebagai pribadi yang memiliki jati diri SND.
  • Mendukung setiap Suster membina diri dalam sistem relasi yang saling terhubung dalam semangad satu hati, sati harapan, satu perutusan sebagai SND.
  • Mengembangkan semangat sederhana dan gembira dalam hidup maupun dalam pelayanan dengan semakin mengalami dan mewartakan kebaikan Tuhan dan penyelenggaraan ilahi-Nya secara kreatif dan inspiratif.
  • Semakin banyak orang yang mengalami kebaikan Tuhan dan penyelenggaraan ilahi-Nya.
F. MOTTO 
Sebagai wanita religius kita membawa anugerah memelihara kehidupan, penyembuhan dan menjalin hubungan yang benar dan gereja dan masyarakat.

G. NILAI 
  • Setiap Suster mengadakan pembaharuan diri dengan semakin memperjelas identitas maupun jatidirinya sebagai SND.
  • Setiap Suster membina diri dalam sistem relasi yang saling terhubung dalam semangat satu hati, satu harapan, satu perutusan “SND” dengan membangun budaya kasih.
  • Setiap Suster semakin memiliki keutamaan SND dalam semangat sederhana dan gembira yang senantiasa dihidupi secara kreatif dan inspiratif.
  • Kesaksian hidup SND semakin memiliki daya pikat pada kaum muda khususnya para pemudi yang mau bergabung untuk menanggapi panggilan Tuhan melalui kongregasi SND.
G. KEPEMIMPINAN KOMUNITAS 

No Nama Pemimpin Komunitas      Periode


  1. Sr. Maria Wienand, SND 1967 – 1968
  2. Sr. Maria Lutharde, SND        1968 – 1970  
  3. Sr. Maria Vita, SND             1971 – 1972
  4. Sr. Maria Laurensia, SND        1972 – 1973
  5. Sr. Maria Djibrail, SND          1973 – 1974 
  6. Sr. Maria Laurensia, SND        1975 – 1977
  7. Sr. Maria Anzelm, SND          1977 – 1983
  8. Sr. Maria Marselina, SND        1983 – 1989
  9. Sr. Maria Elis, SND               1989 – 1992  
  10. Sr. Maria Krisanta, SND          1992 – 1994
  11. Sr. Maria Avila, SND             1995
  12. Sr. Maria Priska, SND            1996 – 1998
  13. Sr. Maria Mikaila, SND           1999 – 2002
  14. Sr. Maria Viane, SND             2002 – 2005
  15. Sr. Maria Fransine, SND          2006 – 2008
  16. Sr. Maria Yosea, SND             2009 – 2011 
  17. Sr. Maria Henrika, SND           2012 – 2015  
  18. Sr. Maria Fidelia, SND            2015 – 2016  
  19. Sr. Maria Yulita, SND             2016 – 2018  
  20. Sr. Edita Marie, SND             2018 - sekarang

H. LOKASI 
Alamat komunitas Santa Theresia : 
Jalan Dr. Soetomo No. 21 Rembang.
Luas Tanah: 1.757 m2 (Seribu Tujuh Ratus Lima Puluh Tujuh Meter Persegi)
Sebidang tanah terletak dalam: Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Rembang, Kecamatan Rembang, Desa atau Kelurahan Leteh.