A. SELAYANG PANDANG PAROKI ST. PETRUS DAN PAULUS REMBANG
Paroki St. Petrus dan Paulus awalnya adalah stasi dari gereja Cepu yang secara berskala stasi Rembang dikunjungi oleh Imam Misionaris dari Ordo Jesuit yang pada waktu itu berkedudukan di Surabaya. Setelah daerah misi di Surabaya diserahkan ke Orde Lazaristen, yaitu Romo-Romo CM. Kota Cepu memiliki umat katolik lebih banyak dibanding kota-kota lainnya. Kebanyakan mereka adalah orang Belanda karyawan Minyak BPM. Gereja Cepu ditingkatkan menjadi Paroki sehingga Romo secara berskala dapat berkunjung ke stasi-stasi di Blora, Rembang, Bojonegoro, dan sebagainya. Salah satu Romo yang bertugas di Cepu adalah Bapak Uskup Johanes Klooster, CM.
Masa Penantian
Semasa pendudukan Jepang para Misionaris yang berkebangsaan Belanda banyak yang ditawan oleh pemerintah Jepang, sehingga banyak kegitan misi yang terbengkalai. Demikian juga dengan stasi Rembang yang lama tidak mendapat kunjungan dari gembalanya. Setelah Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan ada beberapa Imam militer Belanda yang secara berskala mempersembahkan misa di stasi Rembang, antara lain Romo Radmaker, setelah revolusi fisik berakhir barulah umat katolik di Rembang dikunjungi kembali oleh pari Imam Projo dari kota Solo dan Kediri, antara lain Romo Danu Pr, Romo Adi Soedjono Pr, Romo Adi Soedarso Pr.
Gereja Kecil Di Jalan Diponegoro
Perkembangan umat katolik di stasi Rembang cukup menggembirakan, dirasa perlu untuk membuat tembat ibadah sendiri, oleh karena itu beberapa orang katolik berinisiatif untuk membeli sebidang tanah di jalan P. Diponegoro. Dan berdirilah sebuah bangunan Gereja, walaupun kecil merupakan kebanggaan orang katolik Rembang pada waktu itu. Gereja ini diberi nama Stelamaria, berarti bintang laut. Gereja yang masih merupakan stasi ini setiap bulan mendapat kunjungan dari Romo-Romo Cepu, Bojonegoro dan sebagainya.
Perkembangan Selanjutnya:
Awalnya warga masyarakat Rembang bergotong royong untuk membabat hutan untuk membangun gereja baru pada tahun 1957, dan disamping itu karya-karya sosial mulai berkembang. Pada tahun 1975 datanglah Romo Fornasari Sebastiano CM ke Paroki Rembang, dan dalam karyanya selama 12 tahun (1975-1987) Beliau berhasil mendirikan:
Kapel St. Maria Medali Wasiat di Jatirejo (1978)
Kapel Ave Maria di Stasi Kajar
Kapel Hati Kudus Yesus di Stasi Karang Sekar
Kapel Santa Maria di Stasi Sale
Kapel Maria Ratu Rosari di Stasi Kragan
Visi, Misi Paroki St. Petrus dan Paulus Rembang
Visi: Paroki St. Petrus dan Paulus Rembang sebagai keluarga umat Allah yang beriman pada Kristus, saling mengasihi sehati sejiwa penuh pelayanan dan bertekun dalam ekaristi sebagai kepenuhan Allah yang menyelamatkan.
Misi:
- Meningkatkan kehadiran dan keterlibatan umat secara aktif dalam perayaan ekaristi
- Meningkatkan keberpihakan terhadap yang lemah, terpinggirkan serta peduli terhadap lingkungan hidup.
- Meningkatkan kemandirian umat dalam hidup menggereja.
- Membentuk generasi muda katolik yang berkarakter.
- Meningkatkan minat dan pengetahuan umat akanKitap Suci.
B. SEJARAH BIARA SANTA THERESIA REMBANG
Berawal pada tahun 1964 dengan lahirnya seorang putri Rembang, Sr. Maria Ignasia menjadi SND, maka muncul hasrat baru bagi Romo Severi, CM untuk mengembangkan iman umat melalui karya pastoral di Rembang dengan mengundang para suster SND untuk membuka biara di tempat ini.
Pada 9 April 1967, tawaran tersebut terealisasi dengan kedatangan para pioner suster SND, yaitu Sr. M. Wienand, Sr. M. Marga, Sr. M. Elana, dan Sr. M. Tadea yang diawali dengan pemberkatan biara baru dengan nama Biara Santa Theresia oleh Uskup Surabaya Mgr. Drs. J.A.M. Klooster. Rumah biara baru tersebut adalah rumah kosong yang telah dibeli oleh suster SND, yang sampai saat ini masih dihuni oleh para suster SND di Jalan Dr. Sutomo 21, Rembang. Karya awal yang ditangani adalah karya Pastoral di Gereja Rembang. Seiring dengan perjalanan waktu, karya pelayanan terus berkembang melalui pelayanan poliklinik, rumah bersalin, kursus ketrampilan, penitipan anak, serta Taman Kanak Kanak. Dengan dukungan dan partisipasi dari pastor paroki serta umat setempat, maka terlaksanalah usaha para suster SND untuk mengembangkan sayap di Rembang.
Pada tahun 1970, para suster menerima tawaran untuk membeli sebidang tanah di Jalan Gambiran No. 5, Rembang dengan dua lokasi berdampingan. Sekolah Taman Kanak-Kanak dipindah ke Gambiran berdampingan dengan lokasi Novisiat. Sementara, poliklinik, rumah bersalin serta kursus keterampilan tetap di Jl. dr. Sutomo 21 Rembang.
Pada tahun 1971, Novisiat Jalan Begawan No. 31 Pekalongan pindah ke Jalan Gambiran No. 5, Rembang. Karena cuaca yang sangat panas dan sulit mendapatkan air, banyak suster novis yang jatuh sakit. Akhirnya Novisiat kembali ke tempat asalnya di Pekalongan dan rumah tersebut digunakan kembali untuk Panti Asuhan Marganingsih.
Kebaikan Tuhan tetap menuntun kelangsungan karya para suster SND dengan misi utama membantu orang-orang miskin dan terpinggirkan. Maka Tuhan masih meminta kembali untuk mengembangkan misi ini dengan membuka rumah baru pada 12 Februari 1973 di Blora untuk karya pelayanan orang yang sakit kusta, TK, poliklinik, dan kunjungan orang sakit atau orang miskin. Dengan keterbatasan tenaga dan semakin meningkatnya tuntutan, maka karya di Blora ditutup pada tahun 1980. SND kemudian memperkuat karya di Santa Theresia Rembang yang masih berlangsung hingga saat ini menjadi Klinik Pratama Rawat Inap Panti Bahagia Rembang.
C. SELAYANG PANDANG BIARA SANTA THERESIA REMBANG
Pada tanggal 28 Maret 1967 Suster Maria Wienande didampingi oleh beberapa suster untuk membuka aviliasi baru, dan Suster Wienande mendapat tugas sebagai pemimpin komunitas. Kehadiran para suster diterima baik oleh umat dan pastor paroki, pada tanggal 09 April 1967 biara baru ini diberkati oleh Mgr. J Klooster CM dan diberi nama Santa Theresia.
Pada tanggal 15 April 1967 Yayasan Yohanes Gabriel Rembang menyerahkan kepada Yayasan Santa Maria Pekalongan pengelolaan :
a. Balai Pengobatan Panti Bahagia dengan segala peralatan dan obat-obatannya.
b. Taman Kanak-Kanak.
c. Kursus Ketrampilan Santa Lusia.
Yayasan Santa Maria mengembangkan karyanya dengan mendirikan Klinik Bersalin Ibu Kartini yang sekarang berkembang menjadi Klinik Pratama Rawat Inap Panti Bahagia.
D. VISI
Sebagai Suster-Suster Notre Dame kita hidup sederhana dan gembira mewartakan kebaikan Allah dan penyelenggaraan ilahi-Nya, disatukan dalam satu hati, satu harapan, satu perutusan, berkomitmen untuk transformasi global.
- Memberi kesempatan masing-masing Suster dalam semua jenjang terbuka untuk mengadakan pembarahuan hidup yang semakin mampu memberi kesaksian mistik dan profetis sebagai pribadi yang memiliki jati diri SND.
- Mendukung setiap Suster membina diri dalam sistem relasi yang saling terhubung dalam semangad satu hati, sati harapan, satu perutusan sebagai SND.
- Mengembangkan semangat sederhana dan gembira dalam hidup maupun dalam pelayanan dengan semakin mengalami dan mewartakan kebaikan Tuhan dan penyelenggaraan ilahi-Nya secara kreatif dan inspiratif.
- Semakin banyak orang yang mengalami kebaikan Tuhan dan penyelenggaraan ilahi-Nya.
Sebagai wanita religius kita membawa anugerah memelihara kehidupan, penyembuhan dan menjalin hubungan yang benar dan gereja dan masyarakat.
- Setiap Suster mengadakan pembaharuan diri dengan semakin memperjelas identitas maupun jatidirinya sebagai SND.
- Setiap Suster membina diri dalam sistem relasi yang saling terhubung dalam semangat satu hati, satu harapan, satu perutusan “SND” dengan membangun budaya kasih.
- Setiap Suster semakin memiliki keutamaan SND dalam semangat sederhana dan gembira yang senantiasa dihidupi secara kreatif dan inspiratif.
- Kesaksian hidup SND semakin memiliki daya pikat pada kaum muda khususnya para pemudi yang mau bergabung untuk menanggapi panggilan Tuhan melalui kongregasi SND.
G. KEPEMIMPINAN KOMUNITAS
No Nama Pemimpin Komunitas Periode
- Sr. Maria Wienand, SND 1967 – 1968
- Sr. Maria Lutharde, SND 1968 – 1970
- Sr. Maria Vita, SND 1971 – 1972
- Sr. Maria Laurensia, SND 1972 – 1973
- Sr. Maria Djibrail, SND 1973 – 1974
- Sr. Maria Laurensia, SND 1975 – 1977
- Sr. Maria Anzelm, SND 1977 – 1983
- Sr. Maria Marselina, SND 1983 – 1989
- Sr. Maria Elis, SND 1989 – 1992
- Sr. Maria Krisanta, SND 1992 – 1994
- Sr. Maria Avila, SND 1995
- Sr. Maria Priska, SND 1996 – 1998
- Sr. Maria Mikaila, SND 1999 – 2002
- Sr. Maria Viane, SND 2002 – 2005
- Sr. Maria Fransine, SND 2006 – 2008
- Sr. Maria Yosea, SND 2009 – 2011
- Sr. Maria Henrika, SND 2012 – 2015
- Sr. Maria Fidelia, SND 2015 – 2016
- Sr. Maria Yulita, SND 2016 – 2018
- Sr. Edita Marie, SND 2018 - sekarang
H. LOKASI
Alamat komunitas Santa Theresia :
Jalan Dr. Soetomo No. 21 Rembang.
Luas Tanah: 1.757 m2 (Seribu Tujuh Ratus Lima Puluh Tujuh Meter Persegi)
Sebidang tanah terletak dalam: Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Rembang, Kecamatan Rembang, Desa atau Kelurahan Leteh.